E-Commerce

Prediksi Perkembangan Industri E-commerce Indonesia

Industri perdagangan digital atau yang lebih dikenal dengan e-commerce di Indonesia sangat menjanjikan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya kontribusi dalam bentuk transaksi Indonesia di pasar e-commerce Asia Tenggara. Diiringi dengan pengguna internet yang terus meningkat turut mempercepat perkembangan industri e-commerce Indonesia, McKinsey juga meprediksikan bahwa perkembangan industri e-commerce Indonesia diproyeksikan akan mengalami peningkatan delapan kali lipat hingga tahun 2022. Apabila sebelumnya total belanja digital pada tahn 2017 sebesar USD8 Milliar, maka akan meningkat hingga USD55-USD65 miliar di tahun 2020. Bedasarkan riset McKinsey & Company di tahun 2018, status dan proyeksi perkembangan industri e-commerce Indonesia, mengemukakan dua topik. Pertama, pertumbuhan nilai pasar industri perdagangan digital Indonesia sampai dengan tahun 2022. Kedua, dampaknya bagi kehidupan sosial dan perekonomian negara

Prediksi Pertumbuhan E-commerce Mencapai US$65 Miliar (Rp. 910 Triliun)

Definisi industri perdagangan digital menurut McKinsey merupakan suatu transaksi jual beli barang dalam bentuk fisik secara online. Kemudian studi McKinsey mengkategorikan e-commerce ke dalam dua bagian.

  1. E-tailing

    E-tailing merupakan proses transaksi jual beli secara formal melalui sebuah platform online dengan berbagai fasilitas untuk bertransaksi.

  2. Social Commerce

    Social commerce, yakni proses marketing barang fisik melalui platform sosial media yang banyak digunakan masyarakat seperti Instagram atau Facebook. Namun untuk transaksi pembayaran serta pengiriman produk dilakkukan oleh platform yang berlainan.

Terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi pesatnya pertumbuhan dan perkembangan industri e-commerce Indonesia, antara lain:

  1. Pangsa Pasar Berorientasi Mobile

    Tingginya permintaan serta penawaran harga smartphone yang relatif terjangkau turut berkontribusi dalam perkembangan industri e-commerce Indonesia. Hingga sebagian besar penduduk Indonesia kini telah mempunyai smartphone. Hal ini juga didukung dengan ketersediaaan paket data seluler yang harganya lebih murah jika dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Tentu berbagai fasilitas ini semakin memudahkan para konsumen Indonesia dalam berbelanja secara online menggunakan perangkat mobile yang dimiliki.

  2. Tingginya Konsumen yang Melek Digital

    Sekitar sepertiga dari jumlah populasi penduduk Indonesia rentang usia 16-35 tahun, serta lebih dari100 juta penduduk kini telah terdaftar di Bank. Dimana rata-rata seringkali menggunakan platform online dalam memenuhi kebutuhan serta melakukan transaksi secara digital. McKinsey berpendapat bahwa, kini konsumen lebih sering melakukan transaksi melalui berbagai aplikasi yang tersedia di smartphone hingga mencapai rata-rata 2,6 kali.

  3. Meningkatanya Partisipasi UMKM

    Salah satu penunjang perkembangan industri e-commerce Indonesia adalah pertumbuhan UMKM. Sejak tahun 2017, jumalah bisnis terus mengalami peningkatan sebanyak 4,5 juta. Dimana dari totol tersebut sebanyak 99 persen diisi oleh para pengusaha mikro. Pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun kurang dari Rp300 juta yang mana setengahnya merupakan bisnis digital tanpa toko fisik. Fenomena ini terjadi dengan peningkatan konsumen pengguna berbagai platform online. Kemudian adanya startup pendukung semakin mendorong pertumbuhan UMKM dalam membangun toko online, beserta transaksi dan marketing produk mereka.

  4. Pertumbuhan Investasi

    Tingginya pasar industri perdagangan digital di Indonesia tentu menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi para investor. Tercatat sebanyak sekitar Rp. 69 triliun (US$5 miliar) investasi yang diperoleh Indonesi pada tahun 2015 hingga 2017 untuk perusahaan ekonomi digital. Sehingga beberapa platform e-commerce di Indonesia mampu memperoleh pendanaan hingga Rp. 41 Triliun atau US$3 Miliar

  5. Dukungan Pemerintah

    Perkembangan industri e-commerce Indonesia tentu tidak akan terealisai dengan baik tanpa adanya dukungan dari Pemerintah. Di Indonesia kini memfasilitasi bisnis digital tersebut dengan berbagai program penunjang yang telah diluncurkan. Progaram ini diuwujudkan dengan pembangunan proyek Palapa Ring untuk menunjang pertumbuhan ekonomi digital. Kemudian pemerintah juga memngimbangi dengan keterbukaan Indonesia dengan para investor asing. Di luncuran pula sebuah Perpres terkait roadmap e-commerce tahun 2017, serta adanya inkubator milik instansi negara seperti Bursa Efek Indonesia dan IDX Incubator.

Dampak Perkembangan Industri E-Commerce Indonesia

Perkembangan industri e-commerce Indonesia tentu membawa dampak yang signifikan bagi masyarakat. Tumbuh pesatnya industri perdagangan digital menjadi tolak ukur bahwa tejadi peningkatan peran industri tersebut di Indonesia. Dimana kontribusi e-commerce akan banyak berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan lapangan kerja.

  1. Peningkatan Tenaga Kerja E-Commerce

    Dampak positif dari industri e-commerce adalah membuka lapangan kerja baru dengan estimasi 4 juta pekerja dalam lingkupnya. Dimana prediksi perkembangan industri e-commerce Indonesia akan mencapai 26 juta pekerja pada tahun 2022. Hal ini setara dengan 20 persen angkatan kerja di Indonesia yakni posisi logistik di perusahaan e-tailing atau pemrograman yang mendukung kegiatan industri e-commerce. Kemudian perkembangan UMKM yang sebelumnya dikelola secara offline ke online.

  2. Mendorong Pertumbuhan E-Commerce di Wilayah Rural

    Saat ini transaksi perdagangan digital tidak hanya berasal dari wilayah urban seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang. Akantetapi e-commerce telah mnjadi wadah bagi masyarakat di wilayah rural untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi nasional dan internasional. Berbagai wilayah seperti Papua, Sulawesi, Kalimantan Utara kini mengalami peningkatan pesat dalam transaksi platform e-tailing. Hal ini tentu berpotensi mengalami peningkatan yang lebih cepat mengingat tingginya penetrasi internet dan tingkat konsumerisme masyarakat.

Tinggalkan komentar